Sejak WHO secara resmi mendeklarasikan virus corona (COVID-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020, artinya virus corona telah menyebar secara luas di dunia. Istilah pandemi terkesan menakutkan, tetapi sebenarnya itu tidak ada kaitannya dengan keganasan penyakit. Tetapi lebih pada penyebarannya yang meluas. Seperti yang kita ketahui, virus corona dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Pemerintah menetapkan pembelajaran jarak jauh melalui internet untuk daerah yang memang berada pada zona merah dan pembelajaran tatap muka di sekolah pada zona hijau dan kuning, tentunya dengan persetujuan sejumlah pihak. Meskipun demikian, kesehatan dan keselamatan peserta didik tetap prioritas utama. Diperlukan kerja sama semua pihak untuk mendukung hal tersebut: orang tua, guru, sekolah, pemerintah, layanan kesehatan, dan masyarakat setempat.
Pembelajaran Jarak Jauh atau daring tentunya tidak serta merta berjalan mulus. Ada banyak hambatan yang terjadi dalam pelaksanaannya. Baik guru maupun siswa harus beradaptasi dengan model belajar “darurat” seperti ini. Apalagi ketika pembelajaran daring, peran orang tua sangat penting untuk mengawasi anak tetap belajar dengan baik di rumah. Banyak guru awalnya memang dilanda kebingungan dengan situasi pembelajaran daring seperti ini, tetapi seiring berjalannya waktu para guru mulai terbiasa dengan pembelajaran daring, dengan memanfaatkan ruang meeting virtual yang bisa mendukung pembelajaran seperti zoom meeting, google meet untuk sekadar menyapa atau menjelaskan pembelajaran kepada siswa. Serta ada beberapa platform yang membantu guru untuk membagikan materi pembelajaran di antaranya melalui google classroom, instagram, maupun youtube.
Seiring berjalannya waktu, para guru juga banyak yang mulai kreatif untuk memodifikasi maupun menciptakan pembelajaran dan kegiatan yang kreatif. Tentu tujuannya adalah membuat siswa lebih semangat dan tertarik untuk tetap mengikuti pembelajaran walaupun dari rumah saja. Meski sudah mempersiapkan materi dan merencanakan pembelajaran dengan baik, tetapi dengan kondisi belajar yang seperti ini guru tentu menyadari ada kalanya siswa tersebut fokus, memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, aktif menjawab jika guru memberi pertanyaan, dan selalu bahagia ketika waktunya belajar walaupun lewat zoom meeting. Tetapi perilaku tersebut juga ada masa tenggangnya. Perasaan bosan, malas, stress pasti pernah dirasakan oleh guru, siswa, dan orang tua ketika sudah suntuk melakukan pembelajaran daring. Apalagi setiap siswa perlu interaksi, perlu bermain dengan teman lainnya yang itu tidak mereka dapatkan ketika pembelajaran daring seperti ini.
Kerja sama yang baik adalah salah satu cara untuk mengatasi kendala yang ada ketika pembelajaran jarak jauh. Kerja sama antara guru-siswa, kerja sama antara guru-orang tua, dan kerja sama orang tua-anak mutlak diperlukan. Intinya saling percaya saja bahwa guru sudah melakukan yang terbaik, siswa juga sudah melakukan yang terbaik, dan orang tua pun sudah melakukan yang terbaik serta maksimal dalam mendampingi anak-anak belajar dari rumah. Tinggal semua elemen yang terlibat pada pembelajaran daring lah yang harus saling bekerja sama dan saling memotivasi satu sama lain agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
Be the best version of yourself in anything you do, satu kalimat yang bisa memotivasi pada kondisi sekarang. Parameternya bukan dari orang lain, melainkan jadilah versi yang terbaik untuk diri sendiri, ambil peran yang terbaik pada situasi seperti ini, terus gali potensi diri sendiri di tengah kendala dan keterbatasan. Penulis berharap kepada para guru, siswa, dan orang tua untuk mengambil peran masing-masing. Lakukan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Tetap jalin komunikasi agar semua bisa terkondisikan dengan baik.
Tahyata Inas Syah, S.Pd.