Rengasdengklok merupakan salah satu materi yang terdapat dalam Tema 2 Kelas 6. Rengasdengklok adalah sebuah kecamatan di Karawang, Provinsi Jawa Barat lokasi dimana Presiden Soekarno dan Moch. Hatta diamankan oleh para kaum muda dengan tujuan mendesak agar proklamasi segera diplokamirkan. Tidak mudah mengajarkan materi tersebut karena guru dituntut harus menguasai sejarah. Sedangkan sejarah memiliki alur yang sangat panjang sehingga guru dituntut untuk memperbanyak membaca. Akan tetapi, di era yang serba dimanjakan dengan teknologi ini, tidak ada permasalahan yang tidak ada solusinya asalkan guru mau dan mampu memanfaatkan teknologi tersebut yang diawali dengan menggali ide-ide cemerlang terlebih dahulu.
Langkah efektif yang perlu dilakukan guru untuk mengajarkan materi Peristiwa Rengasdengklok adalah sebagai berikut :
1. Siswa membaca LKS dan memberi tanda pada bagian-bagian yang penting;
2. Guru menyampaikan materi Peristiwa Rengasdengklok dari sumber lain sebagai pembanding dan guna mempercepat pemahaman siswa;
3. Guru browsing minimal 2 video Peristiwa Rengasdengklok;
4. Siswa ditunjukkan video pertama tanpa ada penjelasan videonya;
5. Siswa ditunjukkan video kedua dengan ada penjelasan videonya;
6. Siswa diminta membandingkan kedua jenis video terbut;
7. Guru browsing skenario drama Peristiwa Rengasdengklok;
8. Masing-masing siswa memiliki peran yang karakternya cocok dengan karakter aslinya (lembut, tegas, wibawa, ambisius, bijaksana, tenang, dsb);
9. Masing-masing tokoh diberi label untuk membantu daya ingat siswa jangka panjang (long therm memory);
10. Bermain peran dengan membaca naskah drama;
11. Siswa diberi waktu 3-7 hari untuk menguasai dan menghafalka naskah drama sesuai bagiannya masing-masing;
12. Gladi bersih drama tanpa teks;
13. Pementasan drama.
Maskipun drama Peristiwa Rengasdengklok tersebut dibintangi oleh para srikandi kelas 6-C karena semua muridnya perempuan, akan tetapi penampilan mereka cukup memukau. Dengan didukung kostum ala pejuang kemerdekaan, mereka mampu menampilkan drama dengan penuh penjiwaan. Karena bermain peran dimaksudkan agar siswa memiliki longterm memory, maka setiap anak diberi name tag sesuai nama tokoh yang dibintanginya. Disamping itu, kaum tua mengenakan jilbab putih sedangkan kaum muda mengenakan jilbab hitam.
Dengan bermain peran tersebut, siswa tampak antusias dan lebih mudah mempelajari alur serta tokoh-tokoh yang terlibat dalam Peristiwa Rengasdengklok. Setelah diberikan soal evaluasi ternyata hasil belajar siswa juga bagus. Jadi, kesimpulannya drama perdana Peristiwa Rengasdengklok tersebut efektif dan bisa dilaksanakan kembali pada tahun pelajaran mendatang yang tentunya dilakukan penyempurnaan lagi pada beberapa bagian yang masih kurang.
Ditulis Oleh : Kurniawati, S.Si., S.Pd.
Waka Kurikulum dan Wali Kelas 6-C
SD Islam Surya Buana Malang