SD ISLAM SURYA BUANA

Perdana, Majelis Penyejuk Hati oleh K.H. Zainal Arifin Al-Nganjuki

Majelis Penyejuk Hati SD Islam Surya Buana perdana dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Februari 2020. Majelis yang diprakarsai oleh komite sekolah ini dibuka dengan mengaji bersama Surat Ali Imron ayat 190-200.
Usai mengaji bersama, acara selanjutnya yaitu sambutan Ibu Kepala Sekolah SD Islam Surya Buana, Ibu Endang Suprihatin, S.S., S.Pd. Dalam sambutan singkatnya, beliau mengucapkan terimakasih atas kerjasama yang luar biasa dari komite sekolah atas terselenggaranya kegiatan ini. Beliau juga menyampaikan tentang perkembangan sekolah yang signifikan. Mulai dari fasilitas sekolah hingga prestasi-prestasi yang diraih oleh sekolah.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Ketua Komite Sekolah, yaitu Ibu Ayu Faidah, S.H. Beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini akan menjadi kegiatan bulanan yang isinya tidak hanya kajian keislaman. Tetapi juga sebagai wadah shilaturrahmi, serta menyampaikan berbagai informasi tentang perkembangan sekolah. Beliau juga menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi tanggungjawab komite dan paguyuban kelas. Pada majelis penyejuk hati selanjutnya, yang menjadi panitia adalah urut dimulai dari paguyuban kelas 6 hingga kelas 1. Apabila Bapak Ibu walisiswa SD Islam Surya Buana mempunyai ide tentang tema dan penceramah untuk kegiatan ini, bisa disampaikan melalui paguyuban kelas.
Tak ketinggalan, pembina Yayasan Bahana Cita Persada juga turut hadir dan menyampaikan sambutan singkatnya. Seperti biasanya, Eyang Mamik senantiasa memberikan motivasi agar kita senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh. Melalui dzikir, hingga mengikuti kajian seperti ini. 

Memasuki kajian bertema “Pentingnya Bonding Antara Orangtua dan Anak di Era 4.0”, Ustadz K.H. Zainal Arifin Al-Nganjuki menyampaikan bahwa anak adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Alloh kepada orang tua. Anak juga amanah dan perhiasan bagi mereka, sekaligus kebanggaan di kemudian hari. Namun, anak juga bisa menjadi fitnah atau ujian, bahkan menjadi musuh bagi para orang tua.
Kapankah seorang anak bisa menjadi musuh, ujian, perhiasan, dan menjadi penyejuk hati bagi orangtua? Al-Qur’an telah mejelaskan keempat tipikal tersebut. Pertama, anak sebagai penenang hati, penyejuk jiwa, dan pemimpin orang-orang yang bertakwa. Tipikal ini menjadi yang terbaik dan tertinggi dari seorang anak. Hal itu sebagaimana terungkap dalam doa Al-Qur’an berikut ini. “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan [25]: 74). Penyenang hati adalah anak-anak yang saleh, taat kepada Allah, berbakti kepada orang tua, bermanfaat bagi sesama.
Tipikal kedua adalah anak sebagai perhiasan dunia. Hal itu sebagaimana yang tertera dalam Al Qur’an surat Al Kahfi ayat 46. Anak diposisikan sebagai perhiasan dan kekayaan dunia bagi orang tuanya. Layaknya perhiasan dan kekayaan, anak diperlakukan, dijaga, bahkan disayang sebaik-baiknya oleh para orang tua. Tetapi jangan sampai memberikan perlakuan yang berlebihan, sehingga akan membuat anak-anak terlena.
Ketiga, anak sebagai fitnah atau ujian, sebagaimana yang diungkap dalam surat At-Taghabun ayat 15. Serta yang keempat, anak sebagai musuh, sebagaimana yang diungkap dalam surat At-Taghabun ayat 14.
Ustadz yang kaya humor ini juga menambahkan dampak negatif dengan adanya perkembangan digital dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kurangnya beradab baik kepada tetangga, kemudahan belajar sehingga cenderung tidak menghargai guru, serta pengobatan semakin canggih, tetapi penyakit semakin aneh.

Ustadz yang sekaligus menjadi walisiswa Surya Buana ini juga menjelaskan peran yang bisa dilakukan orang tua pada zaman sekarang. Pertama, orang tua harus menjadi pendidik utama, pendidik kedua di sekolah. Kedua, orang tua sebagai tempat menanamkan nilai. Orang tua bisa memberikan minum STMJ kepada anak-anak, yaitu sabar, takwa, musyawarah, dan jujur. Ketiga, tidak hanya memberi sarpras berlebihan kepada anak, tetapi juga membimbing. Keempat, orang tua harus istiqomah mendoakan anak-anaknya. Tidak hanya ketika akan ujian saja.
Alhamdulillah. Semoga kegiatan hari ini tidak hanya mengaji, tetapi juga menjalin shilaturrahmi. Mari kita senantiasa memperkuat keimanan dan ketakwaan kita kepada Alloh agar bisa menghadapi tantangan zaman saat ini. Semoga kita semua senantiasa dikaruniai keturunan yang saleh, yang mampu memberi pertolongan kepada kita kelak di hari akhir.

Ditulis Oleh : Shellya Khabib Dirgantari, S.Pd.I

Share your love