Pendidikan di Indonesia senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Baik dari strategi mengajar yang diterapkan guru, maupun media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Saat ini, mengukur hasil belajar siswa tidak harus berfokus pada angka yang tertera pada rapor, bukan lagi mengukur keberhasilan dari rangkaian angka yang tertulis dalam rapor. Tetapi, sekarang saatnya kita menggunakan konsep pola pikir bertumbuh dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.
Pola pikir bertumbuh (Growth Mindset) adalah keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa kecerdasan dan bakat yang dapat dikembangkan seiring berjalannya waktu, usaha, dan belajar yang diikuti dengan kesungguhan dan ketekunan. Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Dalam menerapkan pola pikir bertumbuh, ada tujuh hal yang perlu diperhatikan:
- Kesalahan dalam belajar itu wajar. Hal ini menjadi sarana untuk menstimulasi perkembangan otak siswa. Yang harus dilakukan oleh guru saat menemukan kesalahan siswanya bukan dengan menyalahkannya, tetapi memberitahu kesalahan. Kemudian mencari solusi bersama. Hal ini diharapkan bisa menstimulasi rasa ingin tahu siswa agar dapat memperbaiki kesalahannya di kemudian hari.
- Belajar bukan tentang kecepatan, tetapi tentang pemahaman, penalaran, penerapan, serta kemampuan menilai dan berkarya secara mendalam. Setiap anak unik dengan prosesnya masing-masing dalam mencerna serta memahami suatu konsep. Tidak ada siswa yang tidak bisa, mereka hanya butuh waktu. Waktu yang dibutuhkan setiap anak pastilah berbeda, tugas kita sebagai guru adalah memfasilitasi dan mendampingi mereka dalam belajar.
- Ekspektasi positif dari guru tentang kemampuan murid akan sangat mempengaruhi performa siswa. Semakin banyak kesempatan dan stimulus positif yang diberikan kepada siswa, maka semakin kuat pemahaman, penalaran, dan kemampuan yang akan mereka miliki.
- Setiap anak unik, mereka memiliki kecerdasan yang bersifat multidimensional, unik, dan tidak dapat disamaratakan. Hindari membanding-bandingkan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
- Pengkondisian lingkungan belajar, baik fisik, psikis, di sekolah, ataupun di rumah akan mempengaruhi pencapaian belajar siswa. Lingkungan belajar yang aman dan nyaman akan meningkatkan kemampuan belajar anak. Perasaan aman dan nyaman saat belajar akan membuat pelajaran yang disampaikan akan lebih mudah diterima dan dicerna. Tidak ada hukuman fisik, bentakan, atau ucapan-ucapan yang merendahkan anak.
- Melatih membiasakan siswa untuk melakukan asesmen diri, asesmen antarteman, refleksi diri, dan umpan balik antarteman. Guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk menilai hasil karyanya sendiri atau menilai bersama teman-teman dalam pembelajaran. Dorong murid kita untuk memberikan saran tanpa merendahkan kemampuan teman yang lain. Umpan balik akan menjadi lebih bermakna dan berharga karena disampaikan oleh teman.
- Umpan balik yang tepat akan berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Pemberian umpan balik dilakukan dengan mendeskripsikan usaha terbaik. Pasti ada sisi terbaik dalam sebuah karya yang dihasilkan siswa. Sampaikan sisi terbaik tersebut kepada siswa, sebelum mengoreksi kesalahan hasil belajarnya. Kemauan siswa untuk belajar harus dijaga, bukan semata hasil pelajarannnya.
Sama halnya dengan siswa, guru juga memiliki peluang dan kemampuan untuk belajar dan bertumbuh. Jika kita sebagai guru memiliki pola pikir bertumbuh, kita akan mampu menciptakan pembelajaran yang mampu membuat siswa terus tumbuh dan berkembang. Mari kita tanamkan dalam diri untuk terus belajar dan bertumbuh. (Mega Jasinta, S.Pd.)